Cerita

 

    Di suatu kota tingggallah seorang pengusaha import-export yang kaya dengan kedua anaknya.  Waktu anaknya yang pertama sudah cukup umur, ia membantu ayahnya untuk bekerja di perusahaannya.  Anak yang kedua juga diharapkan ddemikian tetapi ia menolak.  Ia lebih menyukai permainan-permainan daripada bekerja.

    Suatu hari ia meminta kepada ayahnya uang 1 milliar, tunai.  Ayahnya, yang saat itu memang tidak mempunyai uang tunai, terpaksa harus menjual beberapa saham besarnya untuk memberi uang tunai kepada anaknya.  Anak itu pergi tanpa pamit dan menghabiskan uang pemberian ayahnya itu untuk berfoya-foya.  Waktu kakaknya diberitahu bahwa adiknya itu telah pergi meninggalkan rumah, ia langsung merasa stress, tetapi ayahnya menenangkannya dengan berkata bahwa uang yang telah pergi pasti dapat dcari lagi.

    Setelah mendapatkan uang, si anak ini keluar masuk klab malam dan akhirnya bertemu dengan TRIO CENTIL, sebuang geng yang terdiri dari orang-orang mata duitan.  TRIO CENTIL pertama adalah seorang wanita materialistis yang lugas, TRIO CENTIL kedua ada lah seorang wanita yang suka memaksa dan berani, sedangkan TRIO CENTIL ketiga adalah seorang pria yang diam tapi licik.  Karena tertarik oleh kekayaan si anak, mereka menjadikannya "teman baik".  Dengan sukarela, si anak membiayai semua keperluan TRIO CENTIL.  Dia menganggap mereka sebagai "penyelamat hidup".  Melalui mereka,ia berkenalan dengan seorang wanita muda, yang  merupakan teman TRIO CENTIL pertama.  Suatu malam, si wanita membutuhkan untuk menelepon kawannya tetapi ponselnya tidak hidup.  Ia bertanya kepada si anak apakah ia boleh meminjam uang darinya, tapi di depan TRIO CENTIL oleh si anak diberikanya uang itu tanpa meminta untuk dikembalikan.  Melihat hal itu, secara alamiah, TRIO CENTIL ikut-ikutan meminta uang.   Malam itu mereka berpesta pora, mabuk-mabukan, musik yang hingar-bingar, dan uang yang berkelimpahan.

    Si anak pulang setelah TRIO CENTIL pulang.  Waktu ia akan keluar, ia menabrak seorang laki-laki.  Dalam keadaan mabuk, ia memarahi laki-laki itu karena telah berdiri di depannya.  Laki-laki itu tidak terima dan ia pun melawan.  Pertengkaran itu diakhiri dengan ancaman kalau mereka bertemu kembali, itu adalah saat pembalasan.

    Tidak lama kemudian, satu milliar itu habis.  Si anak terlunta-lunta, tanpa makan dan tanpa tempat tinggal.  Ia mencoba untuk meminjam uang kepada para "penyelamat hidup" tetapi ditolak dan diusir oleh mereka.  Si anak terpukul karena orang-orang yang telah dianggapnya "penyelamat hidup" adalah orang-orang sama yang juga mencampakkannya.

    Karena rasa lapar yang tak tertahankan, ia mengaduk-aduk tempat pembuangan sampah sebuah perkebunan yang besar.  Ia ketahuan oleh si asisten pemilik perkebunan yang tenyata adalah laki-laki ynag sama yang beberapa hari yan glalu bertengkar dengannya.  Laki-laki ini merasa bahwa iniadalah saat yang tepat untuk melampiaskan pembalasannya,  lalu ia membanwanya kepada sang pemilik perkebunan.

    Ketika ditanya oleh sang pemilik perkebunan mengapa ia menaduk-aduk sampah, si anak memjawab karena ia sudah sangat lapar.  Si asisten pemilik perkebunan bertanya hukuman apakah yang patut untuk diberikan kepada orang macam si anak itu.  Tetapi si pemilik perkebunan berkata bahwa si asisten harus memberinya makan dan pekerjaan.  Si asisten patuh, lalu  memberinya makan dan mempekerjakannya untuk membuang semua sampah perkebunan ke tempat pembuangan.

    Si anak menyesali nasibnya, ia mengomel kepada Tuhan mengapa hidupnya sampai demikian buruknya.  Lalu ia menyadari bahwa rumah adalah segalanya.  Semua yang diminta nya pasti akan disediakan oleh ayahnya.  Ia berdoa apakah Tuhan mengizinkannya untuk kembali ke rumah.  Tuhan menjawab doanya melalui penglihatan yang diberikan kepada pemilik perkebunan yang merupakan orang yang taat kepada Tuhan.

    Sang pemilik perkebunan pergi ke tempat pembuangan sampah dan memberitahu visi yang Tuhan telah berikan kepadanya agar anak itu pulang ke rumah ayahnya.  Si anak pada mualnya menolak tetapi karena desakan dan uang pesangon dari sang pemilik perkebunan, ia terharu dan memeluk sang pemilik perkebunan sebagai tanda terima kasihnya.        

    Si anak kembali dengan perasaan minder apakah ia akan diterima lagi oleh ayahnya, tetapi kekhawatiranny sirrna.  Asisten ayahnya melihatnya dan ia melaporkan kejadian itu kepada ayahnya.  Semua pekerjaan ditinggalkanya, sang ayah berlari untuk mendapatkan anaknya.  Ia memeluk anaknya erat-erat.  Si anak memohon  maaf kepada ayahnya atas ulahnya yang tidak baik itu tetapi ayahnya berkata bahwa ia telah melupakan masalah tersebut.  Ia memberikan instruksi kepada asistennya untuk mengadakn pesta penyambutan anaknya yang hilang itu dan turut mengundang kakaknya yang sibuk bekerja untuk merayakan bersama-sama.

    Pada saat yang sama, si kakak sedang berbicara di telepon dengan salah seorang investor besar perusahaan tersebut mengenai masalah job yang akhirnya dengan sukses diperoleh si kakak.  Ia gembira sekali sehingga waktu si asisten mengetuk pintu dan mengatakan bahwa adiknya telah kembali dan sedang diadakan pesta penyambutan untuknya ,si kakak langsung merasa kecewa.  Ia berlari menemui ayahnya untuk meminta keadilan.

    Pestanya ramai sekali.  Tetapi si kakak  berdiri di luar saja dan bersungut-sungut.  Sang ayah, melihat hal itu, keluar dan menanyakan mengapa ia tidak ikut masuk.

    Si kakak bertanya mengapa sang ayah pilih kasih, si adik yang ceroboh dan suka berfoya-foya diadakan pesta, sedangkan ia yang rajin bekerja dan baru saja memenangkan job besar tidak diberikan apa-apa.  Sang ayah menjelaskan bahwa kekayaan itu bisa didapatkankembali tetapi anak itu tidak bisa digantikan.  Dengan kemarahan yang tambah meluap, si kakak pergi, sang ayah mendesah sedih dan ia kembali ke pestanya.       

Baca cerita ini dalam English Version

Kembali ke  Menu Utama